Budaya dan Makna Teknologi Baru


Bicara tentang “teknologi” akan berhubungan dengan kegiatan, hasil kegiatan, institusi yang menumbuhkembangkan, dan perangkat-perangkat yang ada dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Menurut Pacey, (1983) teknologi didefinisikan sebagai “netralitas budaya, moral dan politik yang bebas dari sistem nilai-lokal dan tidak mempengaruhi nilai-nilai budaya dan tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya”. Teknologi senantiasa dipraktekkan di dalam kehidupan manusia, dan mengalami perkembangan dari masa ke masa. Dimana perkembangan teknologi tidak terlepas dari perkembangan kehidupan dan kebudayaan manusia, mulai dari era pra-sejarah, era agraris, era industri, sampai dengan era informasi sekarang ini.
Sampai sekarang masih banyak orang hanya terfokus pada aspek-aspek dari praktek teknologi, seperti pengetahuan, teknik, dan mesin mekanik yang biasa digunakan dalam pekerjaan manusia, dan cenderung menutup mata terhadap aspek budaya dari teknologi itu sendiri. Pacey (1983) mengatakan bahwa orang cenderung untuk berpikir bahwa kemampuan luar biasa teknologi modern akan mengakibatkan solusi “tetap”. Ia mencontohkan terjadinya “kesenjangan digital” yang terjadi dalam masyarakat modern sekarang ini.
Kesenjangan digital yang disebutkan Pacey ini banyak sekali terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Sebagai contoh adalah pemberian bantuan “komputer server” untuk sekolah-sekolah di daerah pedesaan yang belum terjangkau telepon kabel dan belum memiliki sarana koneksi jaringan internet nirkabel, serta sumber daya manusia yang memadai dalam bidang teknologi informasi, sehingga mengakibatkan terbengkalainya “komputer server” tersebut. Hal ini terjadi karena adanya “jurang” yang sangat lebar antara sarana komunikasi dan informasi dan sumber daya manusia yang ada di daerah perkotaan dengan daerah pedesaan. Disamping itu, juga terdapat “kesenjangan digital” (dalam hal ini teknologi informasi dan komunikasi) di pedesaan dimana masyarakat masih belum menguasai teknologi komputer dengan baik, tetapi sudah dipaksakan untuk mengakses teknologi baru berupa jaringan komputer dan internet.
Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di daerah harus lebih memperhatikan masalah kesenjangan digital ini. Seperti kasus di atas terlihat jelas bahwa masyarakat membutuhkan sebuah proses “pembudayaan teknologi” yang merupakan proses peralihan pemikiran, sikap, dan perilaku yang mendorong penguasaan pengetahuan dan keahlian baru (Bakri dan Mohamed, 2008). Secara rinci Bakri dan Mohamed mendefinisikan pembudayaan teknologi sebagai “suatu proses penyesuaian dalam pemikiran, tindakan serta perbuatan untuk menangani perubahan teknologi serta lingkungan yang berlaku dalam sebuah masyarakat”. Tetapi di satu sisi, budaya masyarakat sangat berpengaruh terhadap penyerapan, penguasaan dan penggunaan teknologi baru untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Budaya teknologi berkaitan erat dengan masalah persepsi, kepercayaan, dan nilai-nilai yang muncul dalam masyarakat berkaitan dengan penggunaan dan pemanfaatan teknologi. Sehingga, perlakuan manusia dalam penggunaan teknologi terikat dan dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang dianutnya. Sehingga, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika beserta jajarannya di daerah diharapkan dapat lebih memperhatikan aspek budaya di dalam masyarakat, ketika akan menyusun program-program yang berkaitan dengan diseminasi tekonologi informasi di daerah pedesaan.
Postman (1993) melihat bahwa budaya di bawah pengaruh dan kontrol teknologi, apakah teknologi yang tak terlihat, seperti nilai kecerdasan atau IQ seseorang, statistik, sistem pemungutan suara, maupun teknologi yang dapat dilihat dengan jelas, seperti mobil, televisi, dan komputer. Sejalan dengan pemikiran Postman, perkembangan teknologi informasi dan media baru saat ini berpengaruh besar terhadap perubahan persepsi dan nilai-nilai budaya dalam masyarakat. Masyarakat yang tidak memiliki akar budaya yang kuat akan mengalami pergeseran dan perubahan nilai, pemikiran dan tindakan dalam kehidupannya. Jika dahulu orang harus ke pasar, toko, atau swalayan untuk membeli kebutuhan hidupnya, orang harus ke bank untuk mengambil dan mentransfer uang, orang harus berpindah tempat untuk sebuah acara meeting dengan klien, orang harus antre lama untuk membayar tagihan listrik dan telepon, saat ini dengan teknologi informasi dan media baru, semua hal tersebut di atas dapat dilakukan di satu ruang dan waktu yang sama.
Namun, di satu sisi perkembangan teknologi media baru ini juga menimbulkan beberapa permasalahan, seperti penipuan, pornografi, perjudian, carding, dan tindakan cyber crime lainnya. Permasalahan dampak perkembangan teknologi dan media baru ini muncul akibat tidak kuatnya nilai-nilai budaya teknologi dalam masyarakat untuk menyikapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat. Nilai-nilai dan kepercayaan yang ada dalam masyarakat seharusnya memberikan arah sosial terhadap pengembangan teknologi.
Keberhasilan suatu bangsa untuk menghadapi perubahan teknologi yang sangat cepat sangat tergantung pada budaya teknologi masyarakat tersebut dari aspek praktik penggunaan teknologi dan penguasaan mereka pada pengetahuan akan teknologi. Budaya memiliki peranan yang penting dalam menyediakan nilai serta sikap yang sesuai dalam upaya meningkatkan kemajuan sebuah masyarakat melalui teknologi. Contoh nyata penguasaan teknologi baru dengan dasar budaya adalah yang terjadi pada masyarakat Jepang, yang terpuruk setelah Perang Dunia II, tetapi sekarang mampu menjadi bangsa yang unggul dalam bidang teknologi. Nilai-nilai sosial masyarakat Jepang seperti kesabaran, ketekunan, keberanian, kerjasama, dan kemandirian yang sudah dibina dan dipupuk sejak dahulu menjadi dasar yang kuat bagi bangsa Jepang untuk menguasai teknologi, baik teknologi informasi, komunikasi, otomotif, dan industri.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *